Sabtu, 30 April 2011

Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

Membangun Communityof Knowledge Lewat 3G
Keberadaan teknologi 3Gsebagai sarana komunikasi di Indonesia merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainmen, atau sebagai mobile office. Roy Suryo hobi mengoprek (mengutak-atik) permainan elekyronik sejak SMP, juga SD sudah mulai. Tapi belum terbina seperti sekarang. Semakin lama ia ikuti, semakin menyenangkan. Dari hobi itu, ternyata, ia tahu teknologi membuat hidup lebih nyaman. Teknologi ia ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
Teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, edukasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian yang membuat ia semakin konsen terlibat di dalamnya. kita mereka gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Road show ke kampuskk-kampus juga mengajak masyarakat menggunakan fasilitas yang ada secara positif. Mereka bisa memanfaatkan, jaringan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal Communication Commision) yang menguji kelayakan produk elektronik. Dampak negatifnya besar, pasti di tarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak.
Solusinya agak sulit kalau tekhnologi hanya di lawan dengan tekhnologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nontekhnis, seperti sosialisai dan Edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum yang dapat memayumi tekhnologi tak bisa dibendung karena cepat ekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap tekhnologi berbeda-beda. Mereka menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan Hi-tech dengan adanya 3G.
Semua punya keterlibatan dalam perkkmebanang tekhnologi. Mulai operator, vendor, tokoh-tokoh masyarakat, media dan juga masyarakat itu sendiri semua punya kontribusi. Tetapi, kalau ada yang lari duluan atau lebih cepat di banding yang lain, hal itu kadng membuat tidak seimbang. Mari menciptakan komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, mereka punya ide dan harapan yang dapat di kembangkan bersama. Ajak masyarakat untuk ngobrol dan mereka masukan kajian-kajian tekhnologi.

Selasa, 05 April 2011

Menulis Puisi Berdasarkan Pengalaman


Apakah kamu senang menulis puisi? Dari mana sumber inspirasi menulis puisi? Puisi merupakan ungkapan hati. Sumber inspirasi dlam menulis puisi ddapat berasal dari bermacam-macam hal. Seperti, perasan kamu, seseorang, keindahan alam, peristiwa yang terjadi, hewan kesayangan, pikiran kamu, khayalan kmu, atau hal-hal uang lain. Pengalaman yang kamu alami pun dapat menjadi sumber inspirasi.

Setelah mendapatkan sumber inspirasi, lalu bagaimana cara menuliskannya menjadi puisi? Menulis adalah merangkai kata-kata. Perbanyaklah kosakatamu sehingga kamu dapat merangkai kata-kata dengan baik dan menulis puisi yang indah. Agar puisi yang kamu tulis menjafi menarik, pergunakanlah imajinasi kamu sekreatif mungkin.

Ketika kamu menulis puisi, bentuk puisi tidak harus berwujud bait demi bait yang terdiri dari beberapa baris. Kamnu dapat menulis sesuai dengan keinginanmu sendiri. Kadang-kadang puisi dibuat dengan wujud atau bentuk tertentu. Seorang penyair dapat menuklis puisi ciptaannya seperti prosa atau paragraf.  Ada pula yang menulis puisi berbentuk lingkaran, atau bentuk-bentuk lain. Pada umunya, melalui bentuk-bentuk puisi tersebut, penyair ingin menyampaikan suatu maksud. Selain itu, ada juga yang sekedar gaya saja tanpa maksud tertentu, hanya untuk membuat puisi yang ditulis terlihat menarik dan berkarya seni.

Bentuk puisi yang bebas menurut keinginan sang penyair tersebut merupakan puisi modern. Dalam puisi lama, penulisan puisi terikat oleh syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut, antara lain:  
  1.  Irama
  2.   Persamaan bunyi/sajak,
  3.   Pengelompokan baris,
  4.   Pemilihan kata-kata yang tepat,
  5.   Jumlah baris pada setiap bait,
  6.    Banyaknya suku kata pada setiap  baris.


Disadur dari buku “Aktif Berbahasa Indonesia” Untuk SMP/MTs Kelas VII
Karangan: Dewi Indrawati dan Didik Durianto